PULUHAN hingga ratusan botol plastik tertata rapi. Jenis dan ukurannya dipilah. Begitu juga televisi dan blender. Meski sudah rusak, Alat tersebut sengaja tidak dibuang. Sebab, di tangan tim khusus, limbah elektronik itu bisa disulap menjadi barang yang menarik.

Misalnya, blender dibuat menjadi pot kembang. Sekilas orang tidak mengira itu blender. Begitu juga dengan limbah lainnya. Semuanya dibuat dengan nilai kreativitas dan seni yang tinggi. ”Hampir semua sampah dibuat barang yang unik,” kata Serikat Suster Puteri Kasih Yayasan Don Bosco Sr Anna Wiwiek Soepraptiwi.

Tim khusus dinamai green team dan sadar lingkungan (darling). Untuk green team, anggotanya petugas panti. Mereka memang ahli dalam daur ulang sampah. Jumlahnya ada lima orang. Termasuk di dalamnya ada perempuan.

Sementara itu, anggota tim darling adalah anak-anak. Jumlahnya lima orang. Mereka ditugasi untuk membantu green team. Waktunya hanya Sabtu. Sebab, sehari-hari harus bersekolah. ”Kalau Minggu libur, tidak ada aktivitas,” ucap Anna.

Semua kegiatan dilakukan di tempat khusus. Namanya Don Bosco Recycling Center. Atau, kerap disebut bengkel daur ulang. Di tempat itu, ratusan sampah ditata dengan rapi. Mulai bungkus plastik hingga ban bekas. Sampah tersebut, sengaja didatangkan dari luar. Tujuannya, bisa didaur ulang.

Dibuat sejak tiga tahun lalu, bengkel tersebut menghasilkan ratusan barang daur ulang. Mulai tas plastik, pot kembang, kursi, hingga tempat tidur anjing. Anna mengatakan, ada 62 item jenis barang hasil daur ulang.

Semua hasil kreasi dipajang dengan rapi. Biasanya dipamerkan saat ada pengunjung. Barang tersebut juga dijual. Namun, hanya untuk pengunjung yang datang. ”Ini sifatnya bukan komersial,” ucap suster Ana.

Dia menuturkan, ada beberapa daur ulang yang digemari pengunjung. Salah satunya, tempat tidur anjing. Barang tersebut dibuat dari ban bekas. Tampilannya pun menjadi lucu. Apalagi dilengkapi dengan peralatan tidur yang mini.

Gerakan sadar lingkungan tak hanya dilakukan dengan mendaur ulang limbah. Tapi, juga mendekatkan alam dengan anak-anak. Salah satunya, dengan menghijaukan kawasan panti. Kerena itu, wajar jika banyak tanaman di sekitarnya. Bahkan, Natal kemarin sampai membuat pohon Natal dari tanaman sirih gading. Tingginya pun sampai 5 meter.

Anna mengatakan, semua sampah dari panti bisa didaur ulang. Mulai dibuat kerajinan hingga pupuk kompos. Sebab, Panti Don Bosco juga memiliki alat pengolahan pupuk. ”Yang tidak bisa didaur ulang itu sampah dari luar,” terangnya.

Biasanya, lanjut dia, sampah yang tidak bisa diolah akan dijual di bank sampah induk Surabaya. Hasilnya untuk keperluan panti. Program sadar lingkungan di Don Bosco memang dibuat secara sistematis. Sebab, di sana juga terdapat kolam lele dan tempat kebun.

Dengan begitu, hasil dari sampah organik bisa dimanfaatkan sendiri. Ana menjelaskan, cara tersebut dilakukan untuk mendidik anak-anak agar memiliki rasa peduli lingkungan. Termasuk, menumbuhkan cinta dengan alam. ”Jadi, semua anak-anak ini nantinya kebagian menjadi tim darling,” ucapnya.