Prosesi upacara adat Labuhan Gunung Merapi dalam rangka “Tingalan Dalem” atau peringatan naik tahta Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Senin (15/3/2021) hanya diikuti oleh “abdi dalem” bersama pendamping juru kunci Gunung Merapi.

“Sudah dua tahun ini upacara adat Labuhan Merapi tidak dapat diikuti masyarakat umum, karena pandemi Covid-19. Setelah tahun kemarin labuhan hanya dilakukan sangat terbatas, tahun ini hanya diikuti abdi dalem dan pendamping juru kunci Merapi, sekitar 30 orang,” kata Aji Wulantara Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman di Sleman, Senin (15/3/2021).

Menurut dia, rombongan juru kunci Merapi bersama pendamping dan abdi dalem Keraton Yogyakarta memulai prosesi labuhan dari Pendopo Kinahrejo (petilasan rumah Mbah Maridjan) pada Senin pagi dan bergerak dengan berjalan kaki membawa “ubarampe” (perlengkapan) labuhan menuju ke Bangsal Srimanganti di lereng Gunung Merapi.

“Perjalanan sampai ke Bangsal Srimanganti sekitar dua jam, kemudian sesampai di sana dilakukan doa oleh juru kunci Merapi Ki Asih,” katanya seperti yang dilansir Antara.

Ia mengatakan untuk “lorotan” (nasi sekepal dan perlengkapan lain) yang biasanya setelah didoakan langsung dibagikan kepada peserta labuhan, untuk tahun ini akan dibawa turun dan dibagikan kepada masyarakat yang “ngalap berkah” (mencari berkah) dari labuhan Merapi.

“Memang ada keyakinan dari masyarakat, khususnya Yogyakarta yang berharap berkah dan permohonan melalui prosesi labuhan berupa ‘lorotan’ dari labuhan,” katanya.